@article{Jalaludin_2020, title={Dinamika Kependudukan Provinsi Nusa Tenggara Barat Analisis Parameter Sosio-Demografik }, volume={6}, url={http://ekonobis.unram.ac.id/index.php/ekonobis/article/view/48}, DOI={10.29303/ekonobis.v6i2.48}, abstractNote={<p>Penduduk memiliki dua matra utama yaitu aspek kuantitas dan kualitas dimana kedua aspek ini dapat dikaji dengan melihat tren, persebaran, pertumbuhan dan komposisinya. Sementara proses demografi seperti fertilitas, mortalitas dan migrasi merupakan factor-factor yang mempengaruhi dinamika dari aspek kependudukan tersebut.&nbsp; Penelitian ini&nbsp; bertujuan untuk menganaisis parameter sosio- demografik kependudukan&nbsp; di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian ini sepenuhnya menganalisis data sekunder dimana data utama bersumber dari rangkaian data Sensus Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dengan memanfaatkan tabel statistik dan grafik untuk melihat tren atau perkembangan dari parameter yang menjadi objek analisis. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa 1) Laju pertumbuhan penduduk (LPP) NTB mengalami penurunan yang cukup tajam dalam 3 dekade terakhir, bahkan mencapai terendah kelima di Indonesia, namun sebarannya&nbsp; tidak merata di mana sebagian besar (70 persen lebih) penduduk terkonsentrasi di pulau Lombok yang luasnya sekitar seperempat dari luas wilayah NTB. 2) Rasio jenis kelamin penduduk NTB terendah di Indonesia yakni 94,26 dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 101,37. c) Total Fertility Rate (TFR) turun dari 7,0&nbsp; menjadi 2,4 selama lima decade terahir dan penurunan paling drastis tercatat pada periode 1990-2000 dimana TFR turun sebesar 61,3 persen dari 5,0 menjadi 3,1 persen, demikian juga&nbsp; Angka Kematian Bayi (AKB) menurun tajam dari 221 per 1000 kelahiran hidup menjadi 48 per seribu kelahiran hidup, d) kualitas penduduk NTB yang dicerminkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tergolong rendah yaitu berada pada peringkat ketiga terbawah dari seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu terjadi kesenjangan IPM antar kabupaten/kota dimana kota Mataram dan kota Bima memiliki IPM jauh di atas rata-rata provinsi sementara kabupaten lain IPM-nya jauh di bawah rata-rata provinsi.</p&gt;}, number={2}, journal={Journal of Economics and Business}, author={Jalaludin}, year={2020}, month={Nov.}, pages={67 - 82} }